Masalah buang air besar dengan lendir tidak boleh dianggap remeh, Ibu. Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pencernaan.
Misalnya jika lendir terus meningkat dan tidak kunjung membaik, hal ini dapat menunjukkan adanya penyakit radang usus..
Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi anak dan segera berkonsultasi dengan dokter jika menemukan kondisi tersebut.
Fungsi lendir dalam tubuh manusia
Dikutip dari Medical News Today, lendir di usus sebenarnya sangat penting dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Fungsi lendir yaitu melindungi tubuh dari bakteri, enzim pencernaan dan asam, serta bahan beracun lainnya agar menjaga keseimbangan kondisi usus. Selain itu, lendir juga berperan sebagai pelumas alami dan memudahkan pembuangan feses.
Namun, buang air besar yang normal biasanya tidak mengandung banyak lendir. Jika feses terlihat mengandung lendir yang jelas, hal ini dapat menjadi tanda adanya kondisi kesehatan lain, seperti infeksi.
Tanda lain yang patut diperhatikan:
- Jumlah lendir meningkat
- Ada darah atau nanah dalam feses
- Dilengkapi dengan keluhan lain seperti nyeri perut atau kembung
- Perubahan tiba-tiba pada frekuensi, kekonsistenan, atau warna feses
Penyebab kotoran tinja berlendir
Terdapat berbagai kemungkinan penyebab buang air besar berlendir, antara lain seperti yang dilaporkan dari beberapa sumber:
1. Penyakit Crohn
Penyakit Crohn merupakan kondisi kronis yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga anus. Kondisi ini termasuk dalam kategori penyakit radang usus.
Salah satu ciri khas dari penyakit Crohn adalah ditemukannya lendir, purulen, atau darah dalam feses.
Gejala lain dari penyakit Crohn meliputi:
- Diare yang terus-menerus
- Perdarahan rektum
- Kram perut
- Konstipasi
- Keinginan untuk segera buang air besar atau rasa tidak puas setelah buang air besar
2. Infeksi
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit dapat memengaruhi proses pencernaan dalam usus. Akibatnya, lendir dapat terlihat bersama dengan feses. Kondisi ini umumnya disertai dengan diare.
3. Iritasi usus besar
Salah satu tanda dari sindrom iritasi usus besar atau Irritable Bowel Syndrome (IBS)adanya lendir berwarna putih dalam kotoran.
Gejala lain yang juga patut diwaspadai meliputi nyeri perut yang disertai dengan perubahan kebiasaan buang air besar, seperti sembelit atau diare.
4. Diare
Lendir dalam BAB biasanya lebih mudah terlihat pada feses yang cair. Karena bayi umumnya memang sering mengalami feses yang cair, terkadang Ibu mungkin kesulitan membedakan apakah itu diare atau bukan.
Tanda-tanda diare antara lain:
- Buang air besar terjadi lebih sering daripada biasanya
- Anak terlihat menderita atau tidak nyaman, seperti menangis
- Penurunan jumlah buang air kecil bisa menjadi tanda adanya dehidrasi
Diare biasanya bisa pulih secara alami, namun penting untuk memastikan anak mengonsumsi cukup cairan agar terhindar dari dehidrasi. Pemberian ASI sebaiknya tetap dilakukan secara rutin pada bayi yang berusia di bawah 6 bulan.
5. Reaksi alergi dan kepekaan terhadap makanan
Alergi dan kepekaan terhadap makanan dapat menjadi salah satu penyebab diare atau munculnya lendir dalam BAB anak. Pada bayi yang masih menyusu, perubahan tiba-tiba dalam pola makan ibu juga dapat berdampak.
Selain itu, kepekaan terhadap besi, kedelai, atau bahan lain dalam susu formula mungkin juga turut berkontribusi.
Beberapa jenis makanan dapat menyebabkan diare pada bayi yang mulai mengonsumsi makanan padat. Kejadian ini bisa menjadi tanda awal adanya ketidakseimbangan terhadap makanan tertentu.
Meskipun demikian, wajar jika warna atau tekstur kotoran berubah saat mencoba makanan baru untuk pertama kalinya.
Kapan tanda-tanda memerlukan kunjungan ke dokter?
Jika hanya sedikit lendir terdapat dalam kotoran anak, biasanya tidak perlu khawatir dan dapat segera diamati perkembangannya. Periksa apakah kondisi ini bisa menghilang secara alami.
Namun Ibu sebaiknya segera membawa anak ke dokter jika anak mengalami kondisi berikut:
- Mengeluarkan feses yang mengandung banyak lendir
- Mengalami gejala lain, seperti sakit perut, demam, atau nyeri
- Bayi lahir sebelum waktunya atau berusia kurang dari tiga bulan
- Mempunyai daya tahan tubuh yang rendah karena kondisi penyakit atau penggunaan obat tertentu
Untuk bayi, segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan jika menunjukkan tanda-tanda kritis seperti:
- Mengeluarkan banyak darah dalam feses
- Mengeluarkan feses berwarna putih dan terlihat menderita
- Menunjukkan tanda-tanda kekurangan cairan, seperti bibir kering, mata yang terlihat cekung, atau sering buang air kecil yang jarang
- Tidak ingin makan atau minum asi
Cara mengatasi BAB berlendir
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/comzeal |
Dikutip dari Healthline,cara mengatasi feses berlendir sebenarnya tergantung pada diagnosis serta penyebab utamanya.
Dalam kasus yang ringan, cukup beristirahat dan perubahan pola makan sehari-hari dapat membantu mengurangi keluhan BAB berlendir pada anak. Termasuk dalam hal ini adalah menjaga kualitas makanan yang dikonsumsi oleh Si Kecil. Berikut beberapa metode lain yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi BAB berlendir pada anak:
1. Penuhi kebutuhan cairan anak tersebut
BAB berlendir sering kali disertai dengan buang air besar yang cair, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.
Pastikan kebutuhan cairan harian anak tercukupi, termasuk melalui ASI untuk bayi, air minum, atau oralit. Ini adalah langkah pertama yang sangat penting, Bunda.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengawasan nutrisi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada anak.
2. Perhatikan kebiasaan makan anak
Pastikan anak mengonsumsi cukup makanan kaya serat (seperti buah, sayuran, dan biji-bijian) agar dapat mendukung kesehatan sistem pencernaan.
Probiotik yang terdapat dalam yoghurt mampu menyeimbangkan komunitas bakteri usus serta mengurangi peradangan di sistem pencernaan.
Hindari sementara pemberian makanan yang mengandung lemak tinggi, berminyak, atau bisa memicu alergi pada anak. Termasuk produk susu jika anak memiliki riwayat intoleransi laktosa, karena hal ini berpotensi memperparah kondisi yang ada.
3. Pemberian antibiotik
Pemberian obat seperti antibiotik dapat dilakukan oleh dokter apabila kondisi BAB berlendir disebabkan oleh infeksi bakteri. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter mampu memberikan antibiotik sesuai dengan kebutuhan si anak.
4. Segera periksa ke dokter jika gejala terus berlanjut
Jangan menunda untuk segera membawa anak ke dokter jika gejala berlangsung lebih dari 2–3 hari atau disertai dengan kondisi lain. Contohnya seperti demam tinggi, muntah, penurunan berat badan, atau adanya darah dalam feses.
Jika diperlukan, dokter mungkin akan mengajukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan tinja, tes darah, kolonoskopi, atau endoskopi.
5. Pertahankan kebersihan makanan dan area sekitar
Infeksi pada usus dapat menyebabkan buang air besar berlendir. Oleh karena itu, pastikan anak terbiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, ajak anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan menggunakan air mengalir dan sabun. Juga hindari memberi anak makanan yang diproses secara tidak bersih, Bu.
Meski terlihat biasa saja, menjaga kebersihan tangan sangat penting dalam mencegah infeksi pada saluran pencernaan anak.
Menurut Pusat Nasional Informasi Bioteknologi(Lembaga Kesehatan Nasional Amerika Serikat), pemberian makanan yang seimbang gizinya juga dapat mendukung pemulihan dan perkembangan maksimal ketika anak sedang sakit.
Berikut adalah BAB tentang anak dengan hidung meler, termasuk faktor-faktor penyebab, gejala, dan cara pengobatannya. Pastikan selalu menjaga kebersihan di sekitar Si Kecil, Bunda.
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk joinkomunitas Squad. Daftar klik diSINI. Gratis!
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/comzeal
Penyebab Feses Anak Berwarna Hijau dan Cara Mengatasinya, Apakah Jadi Tanda Penyakit Berbahaya?
Ketahui Penyebab BAB Anak Mengeluarkan Tetesan Darah Tanpa Rasa Sakit
7 Cara Menghentikan Kecacingan pada Anak Tanpa Obat
KOMENTAR